Universitas Gunadarma

Universitas Gunadarma

Minggu, 14 Maret 2010

Tiga Jaringan Teroris Di Indonesia Berkoalisi


Dulmatin menjadi sosok sentral yang menyatukan kelompok-kelompok teroris itu. HASIL analisis berbagai pengamat dan Polri menunjukkan tiga faksi besar jaringan teroris di Indonesia mulai berkolaborasi. Ketiga faksi itu adalah Jemaah Islamiyah (JI), Darul Islam (DI), dan kelompok Ambon-Poso.

Fakta itu terungkap pascapenyergapan tersangka teroris di Leupung, Aceh Besar, termasuk tewasnya dua tersangka teroris, Encang Kurnia alias Jaja dan Pura Sudarma alias Muttaqin, yang salah satunya ternyata merupakan guru Imam Samudra. Kolaborasi mereka terjadi berkat usaha penyatuan yang dilakukan Dulmatin, buron teroris bom Bali I yang tewas di Pamulang. "Dulmatin mengoordinasikan kelompok-kelompok radikal Banten-Aceh," kata Kabareskrim Polri Komjen Ito Sumardi di Jakarta, kemarin.

Ito memaparkan kelompok Encang Kurnia dan Pura Sudarma diajak Dulmatin untuk bersatu dan berlatih bersama. "Dari kesaksian para tersangka terungkap pula bahwa Dulmatin-lah yang merekrut anggota baru kelompok itu," papar Ito. Pengamat terorisme Dynno Chressbon meneguhkan pernyataan Ito. Dynno melihat pemilihan Aceh sebagai tempat pelatihan sudah direncanakan secara matang. Ia menyatakan ada kesepakatan untuk membentuk Republik Islam Aceh yang digagas NII (Negara Islam Indonesia), DI, dan JI di Aceh.

"Mereka sudah menetapkan itu sejak 1999. Mereka rapat pada 15 Desember 1999, masuk Aceh pertama kali diwakili oleh Aiman Attawakil Umar Al Farouk," papar Dynno saat dihubungi, kemarin. Ia juga meyakini Al-Qaeda ikut membiayai pelatihan terorisme di Lamkabeue, Aceh Besar. "Ada donatur yang diutus oleh Al-Qaeda datang ke Jakarta bernama Basir Abdul Latif pada 21 November 2009. Dia ditangkap ketika sampai di Bandara Soekarno-Hatta dan 17 Desember 2009 dideportasi ke Filipina."

Tidak aneh
Ia merangkai keterkaitan Dulmatin dengan kelompok-kelompok lain yang bergabung di Aceh. Menurut dia, Dulmatin, Imam Samudra, Heru Kuncoro, dan Hambali merupakan teman dekat. Semuanya saling mengenal setelah sama-sama bertempur di Ambon. Tim itu pulalah yang kemudian terlibat di Aceh. "Ajengan Jaja itu merupakan guru Imam Samudra. Ketika berlatih di Aceh dan dia hadir, itu berarti dia memanggil seluruh muridnya bergabung menjadi satu kesatuan," imbuh Dynno.

Bergabungnya mereka juga karena saling terkait dalam pelatihan di Filipina Selatan. Selama berlatih, mereka diurus Umar Patek dan Zulkarnaen. "Jika mereka bergabung, itu tidak aneh."Pengamat terorisme Mardigu Wowiek Prasantyo juga melihat berkumpulnya tiga faksi, yakni JI, DI, dan grup Ambon-Poso, bukan sesuatu yang aneh. "Mereka saling mengenal dengan Umar Patek sebagai lemnya. Bergabungnya mereka untuk memperbesar kemampuan," ujar Mardigu.

Di sisi lain, peneliti terorisme Al Chaidar menyebutkan kedatangan Dulmatin ke Indonesia bertujuan mempersiapkan revolusi besar di Jakarta. Pelatihan di Aceh, tukasnya, dimaksudkan untuk membentuk pasukan yang menjadi garda revolusi terdepan di Ibu Kota. "Revolusi itu awalnya direncanakan dalam waktu dekat ini, maksimal enam bulan ke depan," terang Al Chaidar.

Bergabungnya kelompok-kelompok terorisme itu, tukas dia, bukan sesuatu yang spesial. Pasalnya, mereka alumnus Afghanistan yang kembali ke Indonesia pada 1989. "Ada 5.000 orang Indonesia yang menjadi alumnus." (San/*/X-10)

Sumber : http://www.mediaindonesia.com/read/2010/03/03/129417/265/114/Tiga-Jaringan-Teroris-di-Indonesia-Berkoalisi

0 komentar:

Posting Komentar

 

Be The Best Blak Magik is Designed by productive dreams for smashing magazine Bloggerized by Ipiet © 2009