Universitas Gunadarma

Universitas Gunadarma

Minggu, 25 April 2010

Turunkan Emisi Karbon di Rumah


EMISI KARBON



Staf Institute for Essential Service Reform,Musfarayani (duduk paling kanan), mewawancara Emanuel Herdianto (kiri) untuk menghitung jejak karbon Emanuel dalam Clinic Help-Climate Justice for Earth di Taman Suropati, Jakarta Minggu (25/4)

KOMPAS.com — Destia Mariana (26) tidak pernah menyangka kalau kamar dan rumahnya juga penghasil polusi gas rumah kaca yang memicu pemanasan global dan perubahan iklim. Itu baru diketahuinya ketika ia secara sukarela membeberkan aktivitas kesehariannya kepada Klinik Diet Karbon yang digelar dalam Clinic Help-Climate Justice for Earth di Taman Suropati, Minggu (25/4/2010).

Setiap orang juga bisa berbuat untuk mengurangi emisi karbon di bumi ini.

Ia menyimak dan menjawab pertanyaan Musfarayani, staf Institute for Essential Service Reform (IESR), yang mengisikan data aktivitas keseharian Destia dalam Kalkulator Jejak Karbon. ”Berapa watt lampu terbesar di rumah Anda?” tanya Musfarayani. Destia tertegun, mengingat-ingat. ”Kalau tidak salah 20 watt. Ada tujuh lampu di rumah. Menyala sekitar 16 jam per hari,” Destia menjawab dengan ragu.

Musfarayani memasukkan data itu ke dalam Kalkulator Jejak Karbon, peranti lunak di komputernya. Peranti lunak itulah yang menghitung jejak karbon, alias jumlah emisi gas rumah kaca yang diproduksi oleh suatu organisasi, produk atau individu.

Destia menuturkan, televisinya menyala sekitar tujuh jam per hari, sementara komputernya menyala sekitar tiga hingga empat jam per hari. Penanak nasi berpenghangat di rumahnya menyala 24 jam sehari, sementara kipas angin menyala satu jam per hari.

Setiap hari Destia memakai sekitar delapan lembar kertas 70 gram untuk mencatat ataupun mencetak sejumlah dokumen pribadinya. Untungnya, ia memakai ulang kertas yang sudah terpakai di salah satu sisinya sehingga jejak karbon pemakaian kertas itu berkurang.

Destia jarang membeli air mineral dalam kemasan karena ia rela repot membawa tempat minum sendiri. Ia juga pengguna angkutan massal, setiap hari ia menumpang kereta api untuk pergi dari rumahnya di Bekasi menuju kantornya di Harmoni.

”Apakah Anda selalu menghabiskan makanan di piring Anda?” Musfarayani bertanya lagi. Destia mengangguk mantap.

Namun, ada suara di belakangnya, ”Waduh, yang itu gue kena, tuh. Gue tidak pernah bisa menghabiskan makanan di piring gue,” keluh Nonik Yulianti (25), yang sedari tadi menonton penghitungan jejak karbon Destia. Musfarayani tersenyum, ”Menyisakan seperempat piring makanan itu sama dengan menghasilkan emisi 3 gram setara CO, jadi habiskan makanan di piring Anda.”

Musfarayani memasukkan semua data aktivitas Destia dalam peranti lunak Kalkulator Jejak Karbon, ”Gaya hidup Anda menghasilkan emisi karbon 16.928,56 gram setara karbon dioksida [CO],” kata Musfarayani memberitahukan Destia.

Destia tercengang. ”Saya sudah sering mendengar pemakaian kendaraan pribadi itu menimbulkan emisi gas ruang kaca. Saya agak terkejut juga ketika menyadari ternyata aktivitas saya di rumah juga menghasilkan emisi gas rumah kaca,” kata Destia seusai mengikuti penghitungan jejak karbonnya.

Musfarayani menenangkannya. ”Tenang, kami bukan meminta Anda menghentikan aktivitas sehari-hari itu. Kami hanya ingin memberi tahu agar Anda bisa merencanakan sendiri pengurangan emisi gas rumah kaca dari aktivitas Anda,” ujarnya.

Membangkitkan kesadaran

Musfarayani tidak sedang menghakimi orang yang dengan sukarela mau menghitung jejak karbon mereka. Musfarayani dan IESR hanya ingin membangkitkan kesadaran bahwa setiap orang adalah poluter emisi karbon. Setiap orang dalam hidupnya menghasilkan emisi yang membuat selimut rumah kaca bumi kian tebal.

”Itu berarti setiap orang juga bisa berbuat untuk mengurangi emisi karbon di bumi ini. Tidak ada patokan apakah seseorang dengan emisi karbon 20.000 gram setara CO, misalnya, akan digolongkan sebagai poluter yang parah karena berapa jejak karbon seseorang bergantung pada gaya hidup masing-masing. Yang penting, apa rencana orang itu untuk mengurangi emisi karbonnya,” kata Musfarayani.

Kalau Anda membiarkan lampu 10 watt tetap padam, Anda mengurangi emisi karbon sebanyak 0,51 gram setara CO. Daripada mengendarai motor, berjalan kaki untuk berbelanja di warung berjarak 500 meter dari rumah lebih menghemat 14,8 gram setara CO.

Mengurangi pemakaian satu lembar kertas 70 gram saja bisa menghemat 226,8 gram setara CO. Ikuti langkah Destia yang memilih membawa botol minuman sendiri ketimbang membeli air minum dalam kemasan karena pembuatan tiap botol air mineral menghasilkan emisi karbon 841,5 gram setara CO.

Lalu, berapa emisi karbon yang Anda hasilkan dalam keseharian Anda? Mudah saja, buka situs http://www.iesr-indonesia.org, lalu klik ikon ”Kalkulator Jejak Karbon” di bagian kanan halaman situs itu. Hitunglah sendiri berapa jejak karbon dalam kehidupan sehari-hari dan rencanakan pengurangan emisi karbon Anda hari ini juga.

”Kalau kita mau memerhatikan, pengurangan emisi karbon di rumah kita sebenarnya adalah penghematan yang nantinya akan mengurangi biaya rutin bulanan kita. Tetapi, lebih daripada hitungan ekonomi, ternyata berhemat juga mengurangi beban pencemaran bumi atas emisi karbon,” kata Musfarayani. (ROW)


Sumber : http://sains.kompas.com/read/2010/04/26/09335338/Turunkan.Emisi.Karbon.di.Rumah.

0 komentar:

Posting Komentar

 

Be The Best Blak Magik is Designed by productive dreams for smashing magazine Bloggerized by Ipiet © 2009